Gatanews.id, Nusa Tenggara Barat merupakan sebuah provinsi yang memiliki sejuta keindahan baik itu alam maupun tradisi dan budayanya. Salah satunya yang ada di pulau Lombok.
Lombok memiliki satu suku yang disebut dengan suku Sasak. Suku Sasak menjadi satu satunya suku yang asli dari pulau Lombok tersebut.
Namun penulis akan lebih difokuskan Sasak yang ada di kabupaten Lombok Utara atau yang lebih tepatnya ada di desa Sesait Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara. Penulis mengambil suku Sasak yang ada di desa Sesait karena di desa tersebut memiliki keunikan dalam setiap tradisi dan budayanya.
Suku Sasak yang ada di desa Sesait memiliki perbedaan yang cukup mentereng dibandingkan dengan suku Sasak yang ada di desa atau kabupaten lainnya di Lombok ini. Seperti yang dikatakan oleh H. Djekat dalam Talk show yang di adakan oleh empat Karang Taruna yang tergabung dalam WET Adat Sesait. H. Djekat atau yang lebih dikenal sebagai Bapuq Djekat mengatakan dalam talk show tersebut bahwa Suku Sasak yang ada di desa Sesait ini merupakan suku yang berlandaskan agama atau yang disebut juga sebagai adat Lwir Guna.
Hal ini juga bis akita melihat dari berbagai macam filosofi dari kebudayaan dan kesenian yang ada di desa Sesait tersebut, salah satunya adalah dari gendang beleq dan juga cara berpakaian dari masyarakat desa Sesait tersebut.
Kita mulai dari Sapuq atau ikat kepala yang digunakan oleh masyarakat desa Sesait. Jika kita ikat kepala atau Sapuq yang digunakan oleh masyarakat adat sasak mungkin tidak memiliki perbedaan sama sekali melihat termasuk yang ada di bali sana.
Namun dari ikat kepala atau Sapuq yang ada di sesait memiliki makna yang cukup mendalam yaitu dari segi ikatan yakni “Lam” atau “Alif” “Lam” atau “Ha” yang berarti Tuhan. Hal ini membuktikan bagaimana budaya yang berlandaskan agama atau adat Lwir Guna.
Selain dari itu, ikat kepala atau yang disebut Sapuq memiliki makna yang lain dari bentuk keseluruhannya. Bentuk segitiga yang ada di Sapuq tersebut memenuhi Usul, Fiqih, dan tasawuf.
Dari segi penampilan juga, masyarakat Sasak desa Sesait juga tetap berlandaskan agama islam.
Pakaian adat Sasak yang ada di Sesait memiliki perbedaan dari segi penampilan. pakaian adat yang digunakan oleh perempuan menggunakan warna hitam yang menutupi bagian pinggang serta menggunakan penutup kepala atau yang disebut juga Jong.
Hal ini sesuai dengan syariat yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW. Yang dimana aurat yang perlu di tutup oleh seorang Wanita meliputi bagian atas (kepala) sampai bagian bawah(kaki).
Dari segi seni juga, memiliki banyak sekali filosofi yang diambil dari agama Islam itu sendiri. Seperti contohnya semetian. Semetian ini dilakukan setiap malam purnamaa dimana ini menjaga perlawanan dari nabi kita Muhammad SAW terhadap kaum kafir pada masa itu. Yang mana Latihan perang yang dilakukan Rasulullah pada saat malam hari agar tidak diketahui musuh saat itu.
Selain Semetian tersebut. Ada juga budaya yang bergantung pada keislaman pada saat itu yakni kesenian Gendang Beleq. Dimana ada tiga alat musik yang dimainkan pada masa itu, seperti Gong, Gendang, dan juga kencringan.
Menurut TGH. Sukarman dalam acara Talk Show tersebut, tiga alat musik itu membayar yang pertama Gong. Makana dari suara Gong tersebut adalah bermakna “Aok” dalam artian kata sebuah rasa kepercayaan. Dalam Islam sendiri selain membaca dua kalimat syahadat kita harus mempercayai hal itu dalam hati. Itulah makna dari suara Gong tersebut.
Selain Gong, ada juga Gendang yang dimana suara Gendang tersebut berarti dalam bekerja kita harus cepat dan gesit dan juga untuk mengelabui hindu pada saat itu.
Yang terakhir adalah kencringan yang suaranya berarti “dendek Licik”Hari atau yang artinya jangan pernah berbohong.
Inilah keunikan kebudayaan Sasak yang ada di sesait yang berlandaskan dari agama Islam.
Jika berminat untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal seperti ini, maka akan berlanjut ke bagian ke dua.